Senin, 25 Maret 2019

Translation 1 - Task 2



My Uniform

Excerpt: It is said that the most pure feeling in this world is hatred . In my case it is true except the fact that my hatred is not towards a person but an object in my wardrobe.


It’s time to say goodbye. I never realized how important this is in my life. I am talking about “UNIFORM”. I have spent the last ten years wearing the same boring, monotonous piece of clothing.
Everything changes with time but the only thing didn’t is my school uniform. But it is also the only thing which decided to stick with me throughout my school life . It is hard to think about a weekday without it because over the years my uniform has become a part of my life , a major part to be precise.
Every morning instead of me being my mother’s main focus, my uniform is. The time my mother spends on cleaning and ironing my uniform exceeds the time she spends on thinking about her only daughter.
It is said that the most pure feeling in this world is hatred . In my case it is true except the fact that my hatred is not towards a person but an object in my wardrobe . It is a bit embarrassing to confess but I have always envied my school uniform. I mean a boring , dull piece of clothing has so much importance in the world . In school your academic performance or your behavior is seen later but first you are judged on the basis of your uniform .
I have always cribbed about my uniform being boring , dull , old fashioned and the fact that it made me look fatter . But now when it is time to say goodbye I realize that I will no more be able to wear it . The truth is that my uniform is a part of my personality . Every time I look  at it , millions of memories flash in my head.
My uniform makes e confident, it ensues that everyone looks the same , it brings out equality and unity. I no more will have a reason to crib , hopefully my mother will now spend more time worrying about me and now I will realize how beautiful my friends are . The only thing I will miss this this blue uniform . After all it is the only thing which stuck with me and never left me alone . I would also like to thank my uniform for tolerating my tantrums for so many years .
I did not even imagine that one day I would spend half and hour writing about that boring piece of clothing
–END–
Story written by Varuni – class 10 student.

~Translation

 SERAGAM SEKOLAHKU

Kutipan: Dikatakan bahwa perasaan paling manusiawi di dunia ini adalah kebencian. Dalam kasus saya itu benar, kecuali kenyataan bahwa kebencian saya bukan pada seseorang tetapi benda yang ada di lemari pakaian saya
Sudah waktunya untuk mengucapkan selamat tinggal. Saya tidak pernah menyadari betapa pentingnya hal ini dalam hidup saya. Saya berbicara tentang "SERAGAM". Saya telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir memakai pakaian yang sama sama membosankan dan monotonnya.
Semuanya berubah seiring waktu tetapi satu-satunya yang tidak berubah adalah seragam sekolah saya. Tapi itu juga menjadi satu-satunya yang tetap bersamaku sepanjang kehidupan sekolahku. Sulit untuk membayangkan hari kerja tanpa seragam karena selama bertahun-tahun seragam saya telah menjadi bagian dari hidup saya, bagian utama tepatnya.
Setiap pagi bukannya saya yang menjadi fokus utama ibu saya, melainkan seragam sekolah saya. Waktu yang dihabiskan ibuku untuk membersihkan dan menyeterika seragamku melebihi waktu yang dihabiskannya untuk memikirkan putri satu-satunya.
Dikatakan bahwa perasaan paling manusiawi di dunia ini adalah kebencian. Dalam kasus saya itu benar, kecuali kenyataan bahwa kebencian saya bukan pada seseorang tetapi pada sesuatu di lemari pakaian saya. Agak memalukan untuk mengaku tetapi saya selalu iri dengan seragam sekolah saya. Maksud saya, sepotong pakaian membosankan yang sangat penting di dunia. Di sekolah, prestasi akademik Anda atau perilaku Anda terlihat belakangan, tetapi pertama-tama Anda dinilai berdasarkan seragam Anda.
Saya selalu menggerutu tentang seragam saya yang membosankan, kusam, kuno dan faktanya itu membuat saya terlihat lebih gemuk. Tetapi sekarang saatnya untuk mengucapkan selamat tinggal, saya menyadari bahwa saya tidak akan lagi bisa memakainya. Yang benar adalah bahwa seragam saya adalah bagian dari kepribadian saya. Setiap kali saya melihatnya, jutaan kenangan melintas di kepala saya.
Seragam saya membuat saya percaya diri, itu memastikan bahwa semua orang terlihat sama, itu memunculkan kesetaraan dan kesatuan. Saya tidak lagi memiliki alasan untuk menggerutu, semoga ibu saya sekarang akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengkhawatirkan saya dan sekarang saya menyadari betapa cantiknya teman-teman saya. Satu-satunya hal yang akan saya rindukan adalah seragam biru ini. Bagaimanapun, itu adalah satu-satunya hal yang melekat pada saya dan tidak pernah meninggalkan saya sendirian. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seragam saya karena telah mentoleransi kemarahan saya selama bertahun-tahun.
Saya bahkan tidak membayangkan bahwa suatu hari saya akan menghabiskan setengah jam menulis tentang pakaian yang membosankan itu.

-  AKHIR –

Cerita yang ditulis oleh Varuni – siswa kelas10

Continue reading Translation 1 - Task 2

Sabtu, 16 Maret 2019

Translation - Task 1

Under this discourse on modernity, powerful nations often exert a considerable influence in shaping the perceptions of what constitutes reality, which is often manifested in different tangible forms, one being the use of language.
Such is the case where we are now celebrating the craze of the use of the English language or, to borrow American linguist Stephen Krashen’s term, “English fever” in our education landscape.
There is a growing tendency among both the elite classes and society at large to consider   everything with an international-sounding name as a panacea for our troubling education system, which has long been marred with never-ending unnecessary and often counter-productive disputes.
While there is no question that as a nation in the pursuit of modernity we need to be progressive in our efforts to advance our education system, we must not allow ourselves to become enmeshed and disoriented in this globalized world.

Terjemahan

Di era modernisasi ini, negara – negara adidaya sering memberikan pengaruh besar dalam membentuk persepsi tentang apa yang mendasari suatu kenyataan, yang sering ditampilkan dalam berbagai nyata, salah satunya adalah penggunaan Bahasa.
Seperti halnya dimana kita sedang tergila gila dalam penggunaan Bahasa inggris atau menurut istilah ahli Bahasa  Amerika Stephen Krashen, “demam Bahasa Inggris” dalam ruang lingkup pendidikan kita.
Ada kecenderungan perbedaan pendapat antara kelas elit dan masyarakat biasa dalam mempertimbangkan segala sesuatu, dengan hal yang terdengar internasional. Dimana hal itu untuk sistem pendidikan yang bermasalah. Karena banyak perselisihan dengan penyebab yang tidak penting dan kontradiktif.
Tidak diragukan lagi bahwa sebuah negara harus bergerak maju dalam menghadapi modernitas. Kita perlu usaha yang lebih untuk memajukan system pendidikan kita, kita tidak boleh membiarkan diri kita terjerat dan bingung di era globalisasi.

Translator : Dina Sri Utami
Editor : Miftakhul Nur R.
Continue reading Translation - Task 1